Lagi Dan Lagi Kita Kecewa!!
11 min read
Ada perasaan eksistensialisme pada setiap individu, namun tidak semuanya bisa
mengekspresikan itu, entah karena malu, keterbatasan kemampuan, lelah, atau
tidak tau memulainya dari mana. Setelah itu, individu itu akan mencari sesuatu
hal yang sama dengan apa yang dia resahkan(intinya mencari siapa aku), entah
itu dari buku atau musik, bahkan sirkel. Setelah itu, fase dalam perjalanan
mulai terlihat terangnya. Awalnya kau merasa nyaman dengan orang-orang yang
sefrekuensi dan merasa ini adalah keluarga, sampai munculah kebusukan-kebusukan
yang membuatmu kecewa. Yah, rasa kecewa akan selalu muncul dengan seiring
perjalanan hidup ini. Orang yang kau idolakan bisa saja menusukmu, teman yang
kau anggap saudara sendiri bisa saja memanfaatkanmu (Ini belum mengacu juga
pada masyarakat bahkan orang tua). kita terbiasa dengan itu. Toh kita
tau, kawan datang dan pergi, dan kita menyembah berhala satu ke berhala
lainnya.
kita tidak hanya dipengaruhi oleh buku-buku, obrolan-obrolan sompral di tengah
bergelas-gelas botol plastik bergelempangan; entah apa kau sebut itu namanya,
diskusi atau proses dialetika apalah itu. Lalu musik juga cukup mempengaruhi
setiap lini kehidupan ini, di mana-mana kita mendengarnya, kita mulai
mendengarkan aransemen dan lirik yang dilantunkan. Lalu di dalam hatimu,
"ini, ini yang kurasakan saat ini, Ini aku banget." Kau
mendengarkannya setiap hari, lalu kau sebarkan di media sosial milikmu agar
semua orang tau, ini lagu enak, dan mewakili kondisi kau saat ini. Kau tidak
hanya mendengarkan lagunya, bakat risetmu mulai mencari siapa musisi yang
membuat lagu itu; tergabung dalam media apa mereka; melirik sedikit merchandise
mereka(melihat dompet, lalu mengurungkan niat); aktif di mana sajakah mereka
selain bermusik; kau mengulik semua pentolan musisi itu. Oh, betapa bangganya
kau ketika mereka diinterview menyebutkan sebuah ideologi yang kau amini.
Sampai pada suatu titik, ada kabar yang yang tidak mengenakkan terdengar di
telingamu. Kau mulai kecewa, patah untuk kesekian kalinya, dan patah hati itu
lebih dari sekedar ditinggal oleh orang yang kau cintai. Karena di masa-masa
semenjana itu, hanya karya-karya mereka yang menemanimu; dan kini kau dibunuh
sekali lagi. Kurang lebih seperti itu yang kurasakan saat ini, saya tidak naif. Walau pada
akhirnya saya mulai muak, semuak mendengar lagu Komang baru-baru ini di setiap
lini Medsos yang terus merambat bak gulma. Selain terlalu menye-menye, dan
rasionalitas saya berkata, toh pada akhirnya api akan padam juga. Selain
menjual euforia anarkisme yang lebih ke arah komodifikasi coli ideologi. Ya,
saya sedang membicarakan Dongker, sebuah band punk rock yang sedang naik daun
dan namanya mencuat di penghujung tahun 2022. Di bawah payung Greedy Dust yang
menaungi mereka dalam berkarya; selain nama besar pentolan mereka yaitu seorang
Dhelpi Suhariyanto.
Sebenarnya saya tidak begitu kaget, kecewa sedikit, tapi saya lebih marah
bagaimana dia tergabung di sebuah partai baru bernama Partai Kebangkitan
Nusantara (PKN). Mau partai baru atau partai lama sama anjingnya; merubah dari
dalam, "merubah dari dalam parit, persetan omong kosong Marxis piramid
Andi Arief". Jika saya nukil dari lirik MV. Partai ini diketuai oleh I
Gede Pasek Suardika, dan Pasek adalah orang yang menjadi kuasa hukum dari
Bechi, seorang pelaku pencabulan pada para santriwati di sebuah pondok
pesantren Shiddiqiyah, Jombang. Sebagai orang yang menyaksikan bagaimana
perjuangan kawan saya selaku penyintas, saksi, dan advokasi untuk menuntut
haknya selama bertahun-tahun ingin digagalkan oleh para elit partai politik,
saya marah. Dan sialnya dia malah terjun dan sangat aktif di partai itu.
Selain itu, saya mencoba mewawancarai beberapa kawan. Agar tulisan ini tidak
penuh dengan isi kepala saya saja. Salah
satu orang yang saya wawancara ini bernama Kevin, seorang akademisi, hidup
relatif aman, entah kenapa dia bisa kecewa kepada Dongker.
+Sejak kapan kamu menyukai Dongker?
-Sejak rilis pertama di YouTube, tanggal 24 November setelah aku pulang dari
nonton Fazerdaze dan mendapatkan berita satu kawan ditangkap polisi.
Momen itu pas sekali, aku tidur di Kedai IQ dan beberapa hari setelahnya ada
seorang kawan yang mencoba mengajakku untuk membedah lirik itu. Awalnya aku
kenal lagu mereka dari "Merusak kesenangan". Sempat biasa saja, tapi
pas membedah liriknya. Aku memberi ajakan kepada siapapun di Sosmed.
+Bagaimana kesanmu pertama kali mendengarnya?
-Untuk berkesan mungkin itu sejalan dengan proses ya. Sebenernya ini lucu,
karena aku terpengaruh dengan teman yang tipikal mendengarkan lagu dengan
merepeat satu lagu berulang-ulang seharian penuh. Apalagi lagu baru yang
layak dinikmati sambil bekerja. Karena memang selera ia memutar playlist memang
seperti itu
Seiring berjalannya waktu, akhirnya itu terngiang di kepalaku. Lalu temanku
lainnya membuat status di story WA, "sudahkah bertaruh pada api hari
ini?".
Aku pikir itu lucu. Dan tidak sadar aku pun melakukannya, bahkan lebih masif di
sosial media pribadi milikku.
Nah soal kesan, lagu ini punya sifat ajakan untuk bertahan. Dongker seolah
menjelaskan bahwa memang ada kekangan yang sifatnya struktural, agama, bahkan,
lini pikiran kita sendiri. Bertaruh Pada Api seakan menegasikan rasa pesimisme
seseorang di dunia yang angkuh. Tapi untuk bisa bertahan, seseorang harus jadi
belati untuk melawannya dan sepakat juga aku dengan artikel yang ditulis di
whiteboard jurnal terbaru. Adam Sudewo mengatak begini;
"Lagu ini melantangkan persoalan konkret seorang individu dan upayanya
menerobos jeruji narasi-narasi besar yang kerap merepresi setiap gerak serta
kebebasannya. Terdapat sepotong optimisme rapuh yang nyaring dan juga
harapan-harapan yang patah dalam ruang yang memenjara itu."
Tapi sayang sekali kalo akan sepecat ini euforianya berakhir hahahaha~~~
+Tapi kamu mendalami Dongker hanya dipaparan mendengar karya-karyanya saja,
atau sampai tingkat personil dan Greedy Dust selaku lebel yg menaungi mereka?
-Aku hanya mengenal karyanya saja. Aku tidak mengenal siapapun, atau bagaimana
mereka terlibat dalam skena dan membuat kolektif musik. Aku tidak tahu hal lain
selain "Bertaruh Pada Api"
+Jadi anda lebih menganggap diri ke pendengar biasa?
-Iya, aku bukan pengamat musik, cuma aku punya selera musik. Aku tidak bisa
membedakan jenis-jenis dan genre musik yang bagus(menurutku).
+Tapi kamu menemukan ada energi di dalam musik itu, yang mungkin nyambung
dengan keterlibatanmu di beberapa kegiatan politik dan merasa lagu ini pas saja
dengan kondisimu saat ini?
-Hahahaha aku tidak tahu. Aku bahkan tidak sadar mengapa melakukan itu. Namun,
aku berpikir jika kualitas musik itu terletak diberbagai lini - bukan hanya
lirik dan juga alunannya. Seperti Hardcore skena bawah tanah, baik itu di
Malang, Surabaya, Gresik, Tuban, Jombang, Blitar, dan tempat-tempat lain yang
tidak bisa aku sebutkan namanya, aku pikir mereka punya ide yang cemerlang
dalam memproduksi musik. Aku senang melihat orang pogo, itu cara mereka
menikmati sisa-sisa kebebasan meski hanya tempo beberapa menit saja.
Tapi membuat musik, apalagi sekelas punk itu tidak mudah. Beberapa personal
band harus latihan disenggang waktu mereka bekerja, mengatur tempo yang pas
untuk bisa dinikmati, dan percaya diri bisa terlibat di dalam skena.
Dan sekarang aku membahas band lain, beberapa yang lain tetap hebat meski
tidak sepopuler Dongker, jadi agak disayangkan jika band musik justru
problematik. Suara yang menggema di antara docmart dan New balance bukan
sekedar lagu, tapi bisa dimaknai sebagai nyawa lain bagi beberapa orang
+Dengan hal yang terjadi ramai belakangan ini, dengan mencuatnya Dongker dengan
kabar tidak enak, mengenai sang pentolan yaitu Delphi Suharianto yang ternyata
aktif di politik alternatif, yang ternyata sangat aktif sejak 2022 kemarin,
bagaimana perasaanmu sebagai pendengar?
Dari beberapa wawancara juga, dia juga memang anak dari orang berpengaruh di
Blitar tempat dia berasal, dan tidak sedikit sumbangsih dia di skena Hardcore.
-Benar itu sangat mengejutkan. Bahkan aku perlu waktu untuk menerima keadaan
itu dengan berpikir.
Kemudian aku menyadari ini bukan kali pertama, banyak. Bahkan dari beberapa
kawan yang terlibat aktif dalam skena disetiap daerah pun punya jargon yang
sama untuk mengatakan jika Punk bukan hanya musik-musikan atau gaya hidup
belaka.
Aku selalu sepakat dengan "Sajak Puisi" Herry Sutresna tentang Punk
Hari ini yang dibacakan di reruntuhan RW 11 Tamansari Bandung;
"Generasi dari kelas yang memiliki banyak ruang untuk menghidupi pilihan
keberpihakan, namun tidak pernah punya cukup pintu dan jendela untuk
berpetualang kepada ketidakpastian."
Aku tidak tahu apa yang dialami Delphi, mungkin sebelum ia manggung ia
mengalami pergolakan batin karena ia seharusnya tahu konsekuensinya. Mungkin
juga ia bimbang untuk memutuskan satu pilihan sehingga tidak kehilangan yang
lain, maka dari itu Delphi tetap memilih keduanya; band dan juga Dapil Blitar.
Ini menjadi perdebatan lama yang seharusnya mereka tau, lirik-lirik yang mereka
buat, dan bagaimana mereka mempertanggungjawabkannya. Sebaik-baik nya harapan
yang dibuat adalah harapan yang bisa ia pertanggung kawabkan sendiri.
Bukannya itu yang menjadi bagian lirik dari mereka?
"Takkan menyerah di bawah tanah
kabar baik menunggumu
Datang hari tanpa batas
Tanpa negara tanpa agama"
Ada banyak sekali gejolak dan generasi baru hardcore punk hari ini, tapi
mungkin kita semua tidak pernah belajar. Seperti seorang anak aristokrat
yang bisa memproduksi satu lagu dengan menyewa satu studio, atau seorang band
rintisan yang memilik banyak hutang dari konveksi dan jualan merchandise. Kita
tak pernah belajar dari itu.
+Bagaimana sikap kamu untuk saat ini, kita tidak hanya sekali melihat hal
semacam ini, bahkan musisi papan atas sekelas Amhnad Dhani, Slank, Iwan Fals,
bahkan Marjinal pun terlibat di dalamnya(politik alternatif). Apakah kamu hanya
bisa memaklumi atau kamu marah?
-Mungkin marah. Tapi ini spekulatif. Seperti yang kujelaskan di pertanyaan
atas, kita sebagai pendengar pun perlu kritis juga. Dan bagaimana publik
menilai Dongker mungkin menjadi bagian dari pendapatku juga.
Tapi yang perlu kita ketahui bersama, Kita selalu mencintai idola kita. Idola
adalah landasan tempat kita bermimpi. Anda ingin menjadi seperti mereka.
Anda mengikuti gaya mereka, apapun itu. Tapi, kita perlu sadar, bahwa ada
bagian yang membuat kita menolak diri sendiri.
Kita harus melawan cinta yang buta, kita perlu rasionalitas. Ini mungkin bagian
sikap dari pandangan hidup yang kita jalani. Skena adalah tempat bertumbuh dan
merasakan kegembiraan maupun kesedihan. Ada banyak orang yang menggantungkan
hidup disini, menjalin persaudaraan yang erat, dan rasanya, kita perlu adil
pada setiap konsekuensi. Seperti bagaimana seorang laki-laki memperlakukan
seorang Perempuan di dalam skena, dan menahan amarahnya saat two-step meski
bersenggolan dengan individu lain.
"Anda bukanlah individu yang bebas sampai Anda bebas dari bayang-bayang
idola anda" lakukan sesuatu dan buat sesuatu.
Melakukan interview dengan Kevin memang agak mengesalkan, terlalu melodramatis,
mungkin saya perlu mencari sample lainnya.
Sebenarnya banyak kawan yang ingin saya interview, tapi terlalu malas, terlalu
banyak yang kecewa di Media Sosial, mungkin salah satunya Kader yang ingin
menjual T-shirt marchandise dari Dongker via story Instagram.
+kenapa kamu jual kausnya?
-Serasa kaos partai
Wkwkwk
+Apa yg membuat kamu kecewa?
-Delphi anjing wkwkk.
+Alasan lebih jelasnya.
-Pokok iku wis wkk.
+Iki tak lebokno tulisan loh.
-Waduu~~
Kalo aku lebih ke delphi nya yang ternyata masih berada dalam lingkup kaya
gitu. Soalnya pertama kali aku tau Greedy Dust itu gara-gara mereka live bareng
siapa gitu,nah dia itu sampe ngomong Anarkisme dan segala macamnya itu.
Sebenernya aku udah tau kalo si Delphi anak DPRD gara-gara ngobrol sama f••••.
Tapi karna si delphi terlalu berpengaruh ke Dongker sama Greedy Dust kenapa aku
sampe segitunya wkwk. Sama mereka belum ngambil sikap.
+Siapa yang belum ngambil sikap?
-Dongker sama Greedydust, aku nunggu itu sih, siapa tau mereka akan ngambil
sikap.
+Jika mereka masih pasif?
-Gangerti sih, setidaknya ada kejelasan.
+Atau mengambil sikap, apakah kamu masih setia mendengarkan Dongker?
-Untuk sekarang agak lucu sih kayaknya.
+Banyak band yang terlibat di Greedy Dust juga
- Kalo ini nggak
+Jadi lebih ke Dongkernya ya?
-Lebih ke Delphinya kalo aku, Dongker sama Greedy Dust masih nunggu sikap
mereka, karena kan mereka kolektif bukan si Delphinya tok.
+Baik, tapi masih mau jual kaos Dongker?
-Kalo ada yang mau dengan harga yang aku kasih tetep, kalo gamau atau terlalu
murah mending tak pake ngampus aja wkwk.
+Bajingannnn, terima kasih untuk waktunya
Sampai tulisan ini ditulis, sudah ada beberapa band dari Malang yang menyatakan
untuk keluar dan tidak terlibat lagi dengan Greedy Dust.
Apapun pilihan mereka, kita akan tetap support mereka di mana pun' mereka
berlabuh untuk terus melanjutkan nafas Punk Hardcore.
Ditulis Oleh Taki