GRAVE DEAD MAGAZINE, MUSIC, EVENT MEDIA PARTNER, ZINE, EVENT HANDLE BY SOUND OF GRAVE DEAD N THE GROATH, RECORDS LABEL AND MUSIC DISTRIBUTION.

Foto 1
Foto 2
Foto 3
Foto 4
Foto 5
Foto 6
Foto 7

Lagi Dan Lagi Kita Kecewa!!

11 min read


Ada perasaan eksistensialisme pada setiap individu, namun tidak semuanya bisa mengekspresikan itu, entah karena malu, keterbatasan kemampuan, lelah, atau tidak tau memulainya dari mana. Setelah itu, individu itu akan mencari sesuatu hal yang sama dengan apa yang dia resahkan(intinya mencari siapa aku), entah itu dari buku atau musik, bahkan sirkel. Setelah itu, fase dalam perjalanan mulai terlihat terangnya. Awalnya kau merasa nyaman dengan orang-orang yang sefrekuensi dan merasa ini adalah keluarga, sampai munculah kebusukan-kebusukan yang membuatmu kecewa. Yah, rasa kecewa akan selalu muncul dengan seiring perjalanan hidup ini. Orang yang kau idolakan bisa saja menusukmu, teman yang kau anggap saudara sendiri bisa saja memanfaatkanmu (Ini belum mengacu juga pada masyarakat bahkan orang tua). kita terbiasa dengan itu.  Toh kita tau, kawan datang dan pergi, dan kita menyembah berhala satu ke berhala lainnya.

kita tidak hanya dipengaruhi oleh buku-buku, obrolan-obrolan sompral di tengah bergelas-gelas botol plastik bergelempangan; entah apa kau sebut itu namanya, diskusi atau proses dialetika apalah itu. Lalu musik juga cukup mempengaruhi setiap lini kehidupan ini, di mana-mana kita mendengarnya, kita mulai mendengarkan aransemen dan lirik yang dilantunkan. Lalu di dalam hatimu, "ini, ini yang kurasakan saat ini, Ini aku banget." Kau mendengarkannya setiap hari, lalu kau sebarkan di media sosial milikmu agar semua orang tau, ini lagu enak, dan mewakili kondisi kau saat ini. Kau tidak hanya mendengarkan lagunya, bakat risetmu mulai mencari siapa musisi yang membuat lagu itu; tergabung dalam media apa mereka; melirik sedikit merchandise mereka(melihat dompet, lalu mengurungkan niat); aktif di mana sajakah mereka selain bermusik; kau mengulik semua pentolan musisi itu. Oh, betapa bangganya kau ketika mereka diinterview menyebutkan sebuah ideologi yang kau amini.

Sampai pada suatu titik, ada kabar yang yang tidak mengenakkan terdengar di telingamu. Kau mulai kecewa, patah untuk kesekian kalinya, dan patah hati itu lebih dari sekedar ditinggal oleh orang yang kau cintai. Karena di masa-masa semenjana itu, hanya karya-karya mereka yang menemanimu; dan kini kau dibunuh sekali lagi. Kurang lebih seperti itu yang kurasakan saat ini, saya tidak naif. Walau pada akhirnya saya mulai muak, semuak mendengar lagu Komang baru-baru ini di setiap lini Medsos yang terus merambat bak gulma. Selain terlalu menye-menye, dan rasionalitas saya berkata, toh pada akhirnya api akan padam juga. Selain menjual euforia anarkisme yang lebih ke arah komodifikasi coli ideologi. Ya, saya sedang membicarakan Dongker, sebuah band punk rock yang sedang naik daun dan namanya mencuat di penghujung tahun 2022. Di bawah payung Greedy Dust yang menaungi mereka dalam berkarya; selain nama besar pentolan mereka yaitu seorang Dhelpi Suhariyanto.

Sebenarnya saya tidak begitu kaget, kecewa sedikit, tapi saya lebih marah bagaimana dia tergabung di sebuah partai baru bernama Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Mau partai baru atau partai lama sama anjingnya; merubah dari dalam, "merubah dari dalam parit, persetan omong kosong Marxis piramid Andi Arief". Jika saya nukil dari lirik MV. Partai ini diketuai oleh I Gede Pasek Suardika, dan Pasek adalah orang yang menjadi kuasa hukum dari Bechi, seorang pelaku pencabulan pada para santriwati di sebuah pondok pesantren Shiddiqiyah, Jombang. Sebagai orang yang menyaksikan bagaimana perjuangan kawan saya selaku penyintas, saksi, dan advokasi untuk menuntut haknya selama bertahun-tahun ingin digagalkan oleh para elit partai politik, saya marah. Dan sialnya dia malah terjun dan sangat aktif di partai itu.


Selain itu, saya mencoba mewawancarai beberapa kawan. Agar tulisan ini tidak penuh dengan isi kepala saya saja.  Salah satu orang yang saya wawancara ini bernama Kevin, seorang akademisi, hidup relatif aman, entah kenapa dia bisa kecewa kepada Dongker.

+Sejak kapan kamu menyukai Dongker?

-Sejak rilis pertama di YouTube, tanggal 24 November setelah aku pulang dari nonton Fazerdaze dan mendapatkan berita satu kawan ditangkap polisi.
Momen itu pas sekali, aku tidur di Kedai IQ dan beberapa hari setelahnya ada seorang kawan yang mencoba mengajakku untuk membedah lirik itu. Awalnya aku kenal lagu mereka dari "Merusak kesenangan". Sempat biasa saja, tapi pas membedah liriknya. Aku memberi ajakan kepada siapapun di Sosmed.

+Bagaimana kesanmu pertama kali mendengarnya?

-Untuk berkesan mungkin itu sejalan dengan proses ya. Sebenernya ini lucu, karena aku terpengaruh dengan teman yang tipikal mendengarkan lagu dengan merepeat satu lagu  berulang-ulang seharian penuh. Apalagi lagu baru yang layak dinikmati sambil bekerja. Karena memang selera ia memutar playlist memang seperti itu

Seiring berjalannya waktu, akhirnya itu terngiang di kepalaku. Lalu temanku lainnya membuat status di story WA, "sudahkah bertaruh pada api hari ini?".

Aku pikir itu lucu. Dan tidak sadar aku pun melakukannya, bahkan lebih masif di sosial media pribadi milikku.

Nah soal kesan, lagu ini punya sifat ajakan untuk bertahan. Dongker seolah menjelaskan bahwa memang ada kekangan yang sifatnya struktural, agama, bahkan, lini pikiran kita sendiri. Bertaruh Pada Api seakan menegasikan rasa pesimisme seseorang di dunia yang angkuh. Tapi untuk bisa bertahan, seseorang harus jadi belati untuk melawannya dan sepakat juga aku dengan artikel yang ditulis di whiteboard jurnal terbaru. Adam Sudewo mengatak begini;

"Lagu ini melantangkan persoalan konkret seorang individu dan upayanya menerobos jeruji narasi-narasi besar yang kerap merepresi setiap gerak serta kebebasannya. Terdapat sepotong optimisme rapuh yang nyaring dan juga harapan-harapan yang patah dalam ruang yang memenjara itu."

Tapi sayang sekali kalo akan sepecat ini euforianya berakhir hahahaha~~~

+Tapi kamu mendalami Dongker hanya dipaparan mendengar karya-karyanya saja, atau sampai tingkat personil dan Greedy Dust selaku lebel yg menaungi mereka?

-Aku hanya mengenal karyanya saja. Aku tidak mengenal siapapun, atau bagaimana mereka terlibat dalam skena dan membuat kolektif musik. Aku tidak tahu hal lain selain "Bertaruh Pada Api"

+Jadi anda lebih menganggap diri ke pendengar biasa?

-Iya, aku bukan pengamat musik, cuma aku punya selera musik. Aku tidak bisa membedakan jenis-jenis dan genre musik yang bagus(menurutku).

+Tapi kamu menemukan ada energi di dalam musik itu, yang mungkin nyambung dengan keterlibatanmu di beberapa kegiatan politik dan merasa lagu ini pas saja dengan kondisimu saat ini?

-Hahahaha aku tidak tahu. Aku bahkan tidak sadar mengapa melakukan itu. Namun, aku berpikir jika kualitas musik itu terletak diberbagai lini - bukan hanya lirik dan juga alunannya. Seperti Hardcore skena bawah tanah, baik itu di Malang, Surabaya, Gresik, Tuban, Jombang, Blitar, dan tempat-tempat lain yang tidak bisa aku sebutkan namanya, aku pikir mereka punya ide yang cemerlang dalam memproduksi musik. Aku senang melihat orang pogo, itu cara mereka menikmati sisa-sisa kebebasan meski hanya tempo beberapa menit saja.

Tapi membuat musik, apalagi sekelas punk itu tidak mudah. Beberapa personal band harus latihan disenggang waktu mereka bekerja, mengatur tempo yang pas untuk bisa dinikmati, dan percaya diri bisa terlibat di dalam skena.

Dan sekarang aku membahas band lain,  beberapa yang lain tetap hebat meski tidak sepopuler Dongker, jadi agak disayangkan jika band musik justru problematik. Suara yang menggema di antara docmart dan New balance bukan sekedar lagu, tapi bisa dimaknai sebagai nyawa lain bagi beberapa orang

+Dengan hal yang terjadi ramai belakangan ini, dengan mencuatnya Dongker dengan kabar tidak enak, mengenai sang pentolan yaitu Delphi Suharianto yang ternyata aktif di politik alternatif, yang ternyata sangat aktif sejak 2022 kemarin, bagaimana perasaanmu sebagai pendengar?
Dari beberapa wawancara juga, dia juga memang anak dari orang berpengaruh di Blitar tempat dia berasal, dan tidak sedikit sumbangsih dia di skena Hardcore.

-Benar itu sangat mengejutkan. Bahkan aku perlu waktu untuk menerima keadaan itu dengan berpikir.

Kemudian aku menyadari ini bukan kali pertama, banyak. Bahkan dari beberapa kawan yang terlibat aktif dalam skena disetiap daerah pun punya jargon yang sama untuk mengatakan jika Punk bukan hanya musik-musikan atau gaya hidup belaka.

Aku selalu sepakat dengan "Sajak Puisi" Herry Sutresna tentang Punk Hari ini yang dibacakan di reruntuhan RW 11 Tamansari Bandung;

"Generasi dari kelas yang memiliki banyak ruang untuk menghidupi pilihan keberpihakan, namun tidak pernah punya cukup pintu dan jendela untuk berpetualang kepada ketidakpastian."

Aku tidak tahu apa yang dialami Delphi, mungkin sebelum ia manggung ia mengalami pergolakan batin karena ia seharusnya tahu konsekuensinya. Mungkin juga ia bimbang untuk memutuskan satu pilihan sehingga tidak kehilangan yang lain, maka dari itu Delphi tetap memilih keduanya; band dan juga Dapil Blitar. Ini menjadi perdebatan lama yang seharusnya mereka tau, lirik-lirik yang mereka buat, dan bagaimana mereka mempertanggungjawabkannya. Sebaik-baik nya harapan yang dibuat adalah harapan yang bisa ia pertanggung kawabkan sendiri.


Bukannya itu yang menjadi bagian lirik dari mereka?

"Takkan menyerah di bawah tanah
kabar baik menunggumu
Datang hari tanpa batas
Tanpa negara tanpa agama"

Ada banyak sekali gejolak dan generasi baru hardcore punk hari ini, tapi mungkin kita semua tidak pernah belajar. Seperti seorang anak  aristokrat yang bisa memproduksi satu lagu dengan menyewa satu studio, atau seorang band rintisan yang memilik banyak hutang dari konveksi dan jualan merchandise. Kita tak pernah belajar dari itu.

+Bagaimana sikap kamu untuk saat ini, kita tidak hanya sekali melihat hal semacam ini, bahkan musisi papan atas sekelas Amhnad Dhani, Slank, Iwan Fals, bahkan Marjinal pun terlibat di dalamnya(politik alternatif). Apakah kamu hanya bisa memaklumi atau kamu marah?

-Mungkin marah. Tapi ini spekulatif. Seperti yang kujelaskan di pertanyaan atas, kita sebagai pendengar pun perlu kritis juga. Dan bagaimana publik menilai Dongker mungkin menjadi bagian dari pendapatku juga.

Tapi yang perlu kita ketahui bersama, Kita selalu mencintai idola kita. Idola adalah landasan tempat kita  bermimpi. Anda ingin menjadi seperti mereka. Anda mengikuti gaya mereka, apapun itu. Tapi, kita perlu sadar, bahwa ada bagian yang membuat kita menolak diri sendiri.

Kita harus melawan cinta yang buta, kita perlu rasionalitas. Ini mungkin bagian sikap dari pandangan hidup yang kita jalani. Skena adalah tempat bertumbuh dan merasakan kegembiraan maupun kesedihan. Ada banyak orang yang menggantungkan hidup disini, menjalin persaudaraan yang erat, dan rasanya, kita perlu adil pada setiap konsekuensi. Seperti bagaimana seorang laki-laki memperlakukan seorang Perempuan di dalam skena, dan menahan amarahnya saat two-step meski bersenggolan dengan individu lain.

"Anda bukanlah individu yang bebas sampai Anda bebas dari bayang-bayang idola anda" lakukan sesuatu dan buat sesuatu.

Melakukan interview dengan Kevin memang agak mengesalkan, terlalu melodramatis, mungkin saya perlu mencari sample lainnya.
Sebenarnya banyak kawan yang ingin saya interview, tapi terlalu malas, terlalu banyak yang kecewa di Media Sosial, mungkin salah satunya Kader yang ingin menjual T-shirt marchandise dari Dongker via story Instagram.

+kenapa kamu jual kausnya?

-Serasa kaos partai
Wkwkwk

+Apa yg membuat kamu kecewa?

-Delphi anjing wkwkk.

+Alasan lebih jelasnya.

-Pokok iku wis wkk.

+Iki tak lebokno tulisan loh.

-Waduu~~
Kalo aku lebih ke delphi nya yang ternyata masih berada dalam lingkup kaya gitu. Soalnya pertama kali aku tau Greedy Dust itu gara-gara mereka live bareng siapa gitu,nah dia itu sampe ngomong Anarkisme dan segala macamnya itu. Sebenernya aku udah tau kalo si Delphi anak DPRD gara-gara ngobrol sama f••••. Tapi karna si delphi terlalu berpengaruh ke Dongker sama Greedy Dust kenapa aku sampe segitunya wkwk. Sama mereka belum ngambil sikap.

+Siapa yang belum ngambil sikap?

-Dongker sama Greedydust, aku nunggu itu sih, siapa tau mereka akan ngambil sikap.

+Jika mereka masih pasif?

-Gangerti sih, setidaknya ada kejelasan.

+Atau mengambil sikap, apakah kamu masih setia mendengarkan Dongker?

-Untuk sekarang agak lucu sih kayaknya.

+Banyak band yang terlibat di Greedy Dust juga

- Kalo ini nggak

+Jadi lebih ke Dongkernya ya?

-Lebih ke Delphinya kalo aku, Dongker sama Greedy Dust masih nunggu sikap mereka, karena kan mereka kolektif bukan si Delphinya tok.

+Baik, tapi masih mau jual kaos Dongker?

-Kalo ada yang mau dengan harga yang aku kasih tetep, kalo gamau atau terlalu murah mending tak pake ngampus aja wkwk.

+Bajingannnn, terima kasih untuk waktunya

Sampai tulisan ini ditulis, sudah ada beberapa band dari Malang yang menyatakan untuk keluar dan tidak terlibat lagi dengan Greedy Dust.
Apapun pilihan mereka, kita akan tetap support mereka di mana pun' mereka berlabuh untuk terus melanjutkan nafas Punk Hardcore.


Ditulis Oleh Taki

Posting Komentar