GRAVE DEAD MAGAZINE, MUSIC, EVENT MEDIA PARTNER, ZINE, EVENT HANDLE BY SOUND OF GRAVE DEAD N THE GROATH, RECORDS LABEL AND MUSIC DISTRIBUTION.

Foto 1
Foto 2
Foto 3
Foto 4
Foto 5
Foto 6
Foto 7

“Extreme Decay Menggerinda Di Jember” 2023 Edisi#1

17 min read

Menghantarkan sebuah peralihan sekaligus mengisi sederet halaman website yang sempat mangkrak 2 tahun terakhir, tentu saja kami hanya kembali mengulang, memperbarui dan melengkapi segenap tulisan-tulisan untuk diwujudkan dalam bentuk digital, esensinya hanyalah sebagai salah satu penyeimbang dalam sebuah media selain tulisan berbentuk zine atau cetak. 

Beralih dengan hal yang lain, kami bingung menyebutnya ini program atau hanyalah sebuah teks yang terkesan biasa saja untuk mengisi kekosongan di akhir pekan, sulit untuk mencari nama dengan sebuah julukan atau judul yang terkesan menarik. Sebut saja kami beri nama “Jurnal Akhir Pekan” nama yang cukup singkat, padat dan jelas, tak lain khusus tulisan ini hanya membahas tentang sebuah agenda perjalanan di akhir pekan, band, kunjungan atau hal yang lain. Deskripsi yang cukup singkat, tidak terlalu berlebih sebatas pengantar biasa, untuk mengantarkan anda pada gerbang “Jurnal Akhir Pekan”


Selamat datang dan kami haturkan selamat membaca! 


Dimulai dengan tajuk “Extreme Decay Menggerinda Di Jember”. Oke tempo hari sebelum perayaan death fest saya dihubungi oleh salah satu personil Extreme Decay (Rully) “Bisa ikut mendokumentasikan ExD di Jember?” ujar kata tersebut terlontar, dengan mengajukan tanggal sekian dan lain-lain, berpikir untuk tidak mengiyakan rasanya tidak mungkin hingga sangat disayangkan, tawaran menarik. Tidak basa-basi dan berpikir lama-lama, kata oke beres cukup mewakili. 


Sejak dirilisnya dua album menawan Antiviral dan Downfall Of A God Complex, rasanya telinga saya mulai cocok dengan karakter sound sekaligus materi yang disajikan mereka, walaupun rasanya saya terkesan dan terlambat untuk menyukai dari dahulu, kala sepintas hanya sekedar tau tentang band grindcore legend tersebut, perihal lagu tidak terlalu mendalam. Dua panggung terakhir yang usai saya tonton kala itu ‘From Antiviral To Downfall Of A God Complex Release Party dan Rock In Solo’ cukup mewakili, tentang bagaimana sangarnya mereka di atas panggung membawahkan deretan set-list lagu yang cukup panjang. Melewati hal tersebut lanjut pada bagian utama mengenai sederet perjalanan menuju Jember.


Waktu menunjukkan pukul 20.30 awal pemberangkatan seperti biasa tuk menjemput beberapa personil yang berbeda jarak antara kabupaten dan kota namun hanya berkisar beberapa menit, seusai tersebut pukul 22.00 kami mulai masuk gerbang tol Singosari dengan jalur Malang-Probolinggo. Tol, dengan perjalanan pada umumnya tak ada yang spesial hanya lalu lalang mobil ataupun kendaraan muatan berkapasitas besar sekaligus ditemani beberapa lagu setelan sang sopir. Jarak tempuh kurang lebih 4 jam penuh kami lalui, exit tol Probolinggo nampak lalu lintas terpantau cukup padat di daerah Klakah sekitar jalan Leces 20 km dari exit tol Probolinggo, Jawa Timur. Tiba di Jember sekitar pukul 02.00 pagi, hanya berkisar beberapa menit kami menunggu di tepi jalan menuju penginapan. Keadaan masih aman, oke beberapa panitia dan penyelenggara mulai terlihat menuju menghampiri arah kami, disambut dengan cukup hangat, bercengkrama berjabat tangan menandakan sebuah pengenalan hingga sahut menanyakan kabar, mulailah kami memindahkan barang sesuai kamar yang disediakan. 


Obrolan pagi hari dilanjut beralih menuju warung kaki lima ‘namun saya lupa nama warung tersebut apa?’, jarak tempuh dari penginapan sekitar 8 menit. Tawaran dan hidangan pesanan makanan mulai diajukan oleh pemilik warung, sengaja tertarik untuk mencoba Pecel Rawon, saya rasa ini pertama kali saya mencoba walaupun kuliner tersebut bisa dibilang tersebar di beberapa warung malam, kawasan sekitar kota Malang. 


Atas rekomendasi rekan baik, yang telah dimuat dalam tulisan Pophariini “Ada Kuliner Di Balik Panggung Musik Kota Malang”, mengenai sepenggal daftar kuliner Pecel Rawon yang menjadi pertimbangan dasar, tersirat saya hanya berpikir mengenai sebuah perpaduan rasa, apakah layak atau sesuai dengan karakter lidah saya? namun menyimak beberapa obrolan rekan-rekan terkadang tak heran atau umum jika kuliner asal Banyuwangi banyak yang dikombinasikan seperti Rujak Bakso, Pecel Rawon dan Rujak Soto, atau mungkin anda pernah mencoba kombinasi kuliner lokal lain dan kadang mereka berpikir seperti Rujak Soto yang rasanya hampir mendekati kemiripan dengan Tahu Campur namun beda isi. 


Tak menunggu lama, bergilir sesuai antrian seporsi Pecel Rawon akhirnya tiba berisikan daging, sayuran-sayuran dan bumbu pecel (umumnya terbuat dari bahan dasar kacang tanah yang digoreng kemudian diolah dengan bumbu ajib, racikan dapur), namun kuah rawon yang coklat kehitam karena efek dari kluwek dan berminyak dicampur bersamaan dengan sepiring bumbu pecel, oh ya ada tambahan peyek/rempeyek. Anda menanyakan bagaimana mengenai rasa? Kali ini saya cukup bingung untuk mendeskripsikan secara detail, seperti biasa sesuap tanpa dicampur dimulai dari pendeskripsian kuah, layaknya rawon pada umumnya gurih, manis, sedikit asam. Sedangkan untuk bumbu kacang saya acungi jempol, olahan testi rasa condiment cukup medok sedikit tambahan sensasi pedas, manis, asin gurih menjadi satu. Mulailah saya mencoba untuk mencampur kedua olahan perpaduan kuliner tersebut, anggapan saya berekspektasi juga tidak terlalu buruk untuk seporsi makanan/hidangan tersebut tapi lidah saya berkata lain atau mungkin kurang beruntung jika kedua olahan tersebut dikombinasikan menjadi satu, antara kuah rawon dan bumbu kacang dari pecel. 


Memang justru peran bumbu kacang/pecel cukup mendominasi, kuah rawon hanya sebagai penyeimbang antara manis dan gurihnya hidangan tersebut, tapi tetap saya lebih memilih sebaliknya, rawon dan pecel dengan perwujudan yang semestinya atau sewajarnya. Rawon dengan sensasi kluwek, berlemak, gurih masih terjaga dan pecel semestinya karakter manis, asam, pedas dan gurih. Oh ya, selesai makan ditutup oleh teh hangat yang menjadi andalan, waktupun menunjukkan pukul 03.00 kami pun beranjak untuk menengok sejenak mengenai venue (Kota Cinema Mall, Jember) hingga pukul 04.00 sekaligus beranjak pergi menuju penginapan dan bergegas untuk melonjorkan badan.


Matahari mulai menampakan sinarnya sang jagat raya mulai menyambut, sulitnya tertidur pulas hanya karena matahari telah terbit, walaupun mata sedikit tidak terjaga bergegas untuk membersihkan diri. Hingga pukul 08.00, disambut oleh band brutal death asal Bandung Guttural Disease, obrolan cukup hangat sekaligus siklus cuaca kota tersebut cukup panas. 


Soal hospitality, memang terbaik! untuk segenap panitia dan naradamping yang bertugas, haturkan terima kasih untuk anda, hingga pukul 09.30 melanjutkan agenda konsumsi tertuju pada warung atau depot yang cukup melegenda berdiri tahun 1953 yaitu Bu Darum mungkin kalau di Malang semacam Warung Kiroman akses yang cukup memadai tepat di tengah kota dan jarak dari penginapan hanya kurun waktu 5 menit. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama nota pemesanan menu pun mulai dihantarkan oleh pelayan, kami dan rekan Guttural Disease mulai memesan, hanya kali ini saya merindukan soto pagi, akhirnya menu tersebut tersedia. Nasi Soto Babat, dengan disandingkan segelas teh hangat sebagai penutup, singkat saja tidak terlalu panjang untuk mendeskripsikan sebuah rasa dari soto tersebut, tidak ada harapan lebih dari seporsi hidangan soto babat, terkesan biasa saja. Lidah saya hanya merasakan soto dengan kuah yang cukup bening, berminyak, asin dan rasa kunyit, dengan tambahan kecambah/tauge, seledri, dan bawang putih-merah goreng sekaligus sambal. Oh ya nilai plusnya, babatnya atau jeroan tersebut tidak terlalu butuh perlawanan saat mengunyah,  harga masih terjangkau Rp 19.000 dan teh hangat hanya 3000.


Usai menyelaraskan kondisi perut, kami beranjak menuju venue untuk sound check, cuaca memang lumayan panas, terbiasa di Malang dengan cuaca yang cukup sejuk dan dingin. Namun kali ini Extreme Decay tampil dengan tiga personil yang seharusnya dengan empat personil, memang salah satu personil band tersebut juga berbeda pulau tapi percayalah mesin Extreme Decay akan tetap menggiling, Grind On! 



Sound check, kali ini Extreme Decay dibantu oleh soundman handal dalam urusan pengatur teknisi suara oleh Indra Cahya Septian atau Komenk. Kurang lebih 45 menit penuh Extreme Decay berada diatas panggung hingga pukul 12.00 usai,  sejenak kami beristirahat ditemani secangkir kopi hitam. Tak terlalu lama berada di dalam area venue sempat menonton 2 penampilan band pembuka dimulai pukul 12.25 tepat waktu! Kami memutuskan untuk kembali beristirahat menuju penginapan yang hanya berjarak 500 meter, band yang tampil pada hari tersebut sekitar 12 band, Extreme Decay dan Guttural Disease menjadi headliner pada event tersebut.

Rutinitas seperti biasa jika kembali ke penginapan, membersihkan diri dan meluruskan badan hingga kaki. Sahut ting-ting!!! terdengar bunyi tukang bakso ngetokin mangkok, mangkal di area halaman penginapan pukul 15.00 beranjak turun hanya sekedar mengganjal perut sebagai perwujudan makan siang, sama seperti biasa dengan isian goreng, pentol/bakso, bihun dan tahu. Baru kali ini tukang bakso menyediakan kerupuk kuning semacam kerupuk tahu singkatnya. Cukup mengganjal perut di jam-jam makan siang yang telah berlalu. Kembalilah menuju kamar, akomodasi pelayanan konsumsi tidak sampai hanya pada bakso, selang 1 jam naradamping menghubungi kami menandakan saatnya jam makan. Jarak tempuh tidak terlalu jauh dari penginapan cukup berjalan kaki menuju warung tersebut, sama seperti menu sarapan pagi. Kami diarahkan ke Warung Soto Ayam H. Syukri, melihat kondisi perut rasanya over kapasitas melebihi muatan, tertarik untuk memesan, warung tersebut juga menyediakan antara porsi kecil dan porsi wajar harga hanya selisih Rp 1000 jika porsi kecil dibandrol dengan harga 12.000 dan porsi besar di angka 13.000. 


Awan terlihat mulai gelap menandakan akan datang hujan, rintik-rintik mulai menyertai hingga hujan cukup deras datang namun tak berangsur cukup lama, menyiapkan segala peralatan untuk pendokumentasian sekaligus merapikan barang-barang untuk langsung pulang ketika event tersebut telah usai. Hujan mulai reda, kami bergegas berangkat menuju venue. 


Kabar baik datang menyertai via telepon bahwa rekan baik dari Malang juga berangkat untuk menyaksikan event tersebut, “Pasukan Kresek” spontan kata tersebut terucap dari rekan-rekan personil Extreme Decay, sedikit saya sambil menahan tawa hahaha, cukup hanya orang-orang tertentu yang tahu. Sahut dengan lantang berjabat tangan seperti biasa, “Pasukan Kresek” telah menunggu di depan pintu masuk tiket. Sembari menunggu jadwal Extreme Decay tampil, menyempatkan sedikit basa-basi obrolan receh sesuai pada ketepatan rundown acara, memang event tersebut dapat dikatakan siap dari segi panitia dan keamanan. 



Saatnya Extreme Decay mulai naik keatas panggung seusai adzan berkumandang di pukul 18.00, dengan total 20 set-list lagu yang mereka bawakan, menggerinding tentu! dengan penuh energi. Penonton terlihat mulai merapat menuju area sekitar panggung, crowd dan moshpit yang terlihat apik. Tampil dengan maksimal sesuai kendali dan kualitas output sound yang memadai. Dibuka oleh lagu anyar Intro//Kolaps dan sekaligus Dekomposer menjadi rangkaian penutup set-list lagu mereka.  

Usailah sudah event tersebut dengan ditutup oleh penampilan Guttural Disease, hingga larut jam 21.30 kami mulai pamit beranjak untuk langsung melanjutkan perjalanan pulang, lalu lintas terpantau ramai tidak terlalu padat untuk wilayah kota dan sekitarnya. Melanjutkan perjalanan menuju pintu gerbang tol Probolinggo, ahh sialnya mobil kami terjebak macet tepat di pukul 23.10 entah kami hanya berpikir sekejap macet tersebut karena konstruksi pembenahan jalan dan sebagainya. Lalu lintas padat tersebut terjadi di jalan Leces sekitar 20 km menuju tol Probolinggo seperti awal yang saya tulis. 


Cukup membosankan hingga tak sadar saya pun larut tertidur walaupun beberapa menit dan kembali terbangun, mobil hanya berjalan maju sekitar 5 meter dari posisi semula, dengan kurun waktu 3 jam lebih menunggu. Hingga memasuki gerbang tol pukul 02.00 pagi, namun tibalah sampai rumah hingga pukul 05.00. Cukup usailah saya tutup perjalanan akhir pekan untuk Edisi#1 Jurnal Akhir pekan bersama Extreme Decay! 






Posting Komentar